Jakarta – Dalam upaya memperkuat identitas nasional sekaligus membawa kekayaan budaya Indonesia ke era digital, Budaya Go resmi diluncurkan sebagai Kompetisi Inovasi Digital Budaya Indonesia. Ajang ini menjadi wadah bagi generasi muda, pelaku kreatif, serta inovator teknologi untuk menghadirkan solusi digital yang mampu melestarikan, mempromosikan, dan mengembangkan nilai-nilai budaya bangsa di tengah arus globalisasi.
Mengusung tema “Membuka Masa Depan Budaya Indonesia”, kompetisi ini mengajak peserta untuk berinovasi dalam berbagai bidang, mulai dari aplikasi edukasi budaya, digitalisasi kesenian daerah, hingga platform kreatif yang mengangkat kearifan lokal melalui teknologi.
“Budaya bukan hanya warisan masa lalu, tapi juga fondasi masa depan. Melalui Budaya Go, kami ingin menumbuhkan semangat inovasi agar budaya Indonesia tetap hidup dan relevan di dunia digital,”
ujar Ahmad Mahendra, Direktur Jenderal Pengembangan Kebudayaan, Kamis (23/10/2025).
Kompetisi ini dirancang untuk menjembatani dunia kebudayaan dan teknologi dengan menghadirkan kolaborasi antara seniman, startup, komunitas kreatif, akademisi, serta masyarakat luas. Para peserta akan mendapatkan bimbingan dari mentor berpengalaman di sektor budaya dan industri digital, serta berkesempatan memperoleh pendanaan inkubasi, pelatihan lanjutan, dan akses promosi di tingkat nasional.
Lebih dari sekadar ajang kompetisi, Budaya Go juga menjadi gerakan kolaboratif yang menegaskan pentingnya digitalisasi budaya dalam memperkuat jati diri bangsa di tengah perubahan zaman. Melalui inovasi digital, kekayaan budaya Indonesia diharapkan dapat lebih mudah diakses, dipelajari, dan diapresiasi oleh generasi muda maupun masyarakat dunia.
“Kami percaya bahwa dengan kreativitas dan teknologi, budaya Indonesia bisa go global tanpa kehilangan akar tradisinya,” tambah Ahmad Mahendra.
Kompetisi Budaya Go akan dibuka untuk umum dan dapat diikuti melalui pendaftaran daring di situs resmi www.budayago.id. Pemenang akan diumumkan pada acara Festival Inovasi Budaya Digital Indonesia 2025, di mana karya-karya terbaik akan ditampilkan kepada publik.
(ard)



















