Archives Agustus 2025

Ratusan Aktivis dan Tokoh Nasional Gelar Deklarasi Dukungan Pembebasan Charlie Chandra dan Perjuangan Melawan Oligarki PIK-2.

Ratusan Aktivis dan Tokoh Nasional Gelar Deklarasi Dukungan Pembebasan Charlie Chandra dan Perjuangan Melawan Oligarki PIK-2.

 

Bebaskan Charlie Chandra, Kembalikan Marwah Hukum & Pengadilan

 

Jakarta, Galaxypost.id

 

Seperti yang telah diketahui, bahwa Jaksa Penuntut Umum telah menuntut Charlie Chandra anak Sumita Chandra dengan pidana 5 tahun penjara di Pengadilan Negeri Tangerang.

“Selanjutnya, hari Rabu 20 Agustus 2025 pukul 13 30 WIB, Majelis Hakim akan membacakan putusannya,” Ungkap Gufroni, Tim Kuasa Hukum Charlie Chandra dalam pernyataan sikapnya di Gedung Juang, Menteng, Jakarta Pusat pada Kamis (14/8/2025).

Lebih lanjut kata Gufroni, Kami Para Advokat, Para Tokoh serta Para Aktivis Nasional menyatakan sikap, bahwa berdasarkan fakta-fakta persidangan, terdakwa Charlie Chandra tidak terbukti secara sah dan meyakinkan, telah melakukan perbuatan sebagaimana didakwa oleh Jaksa. Charlie Chandra tidak memalsukan dokumen, sebagai dimaksud dalam Pasal 263 KUHP.

“Charlie Chandra hanya sekedar mengajukan permohonan balik nama atas tanah warisan ayahnya Sumita Chandra yang menjadi haknya yang sah berdasarkan bukti kepemilikan berupa Sertifikat Hak Milik (SHM) Nomor 5/Lemo,” Jelasnya.

Gufroni, SH., MH., yang juga adalah Ketua Bidang Riset dan Advokasi LBH Advokasi Publik Pimpinan Pusat Muhammadiyah (LBH AP PP Muhammadiyah) mengatakan, pengadilan harus memberikan keadilan kepada Charlie Chandra, dengan memberikan putusan bebas kepada Charlie Chandra untuk mengembalikan marwah, wibawa hukum dan lembaga pengadilan.

‘Pengadilan, harus independen dan sebagai muara masyarakat untuk mencari keadilan,” Tegasnya.

“Tidak boleh kembali berbuat zalim sebagaimana telah dilakukan terhadap Tomas Trikasih Lembong (Tom Lembong) yang kemudian terpaksa dikoreksi oleh Presiden Prabowo Subianto dengan memberikan Abolisi kepada Tom Lembong,” Imbuhnya.

Menurut Gufroni, jika sampai ada putusan yang menghukum Charlie Chandra, maka inilah kezaliman luar biasa yang dilakukan oleh Pengadilan yg seharusnya memberikan keadilan. Dan akan menjadikan kejahatan Oligarki PIK-2 akan makin merajalela.

‘Karena melalui kasus Charlie Chandra, masyarakat awam dapat mengetahui secara jelas modus operandi perampasan tanah rakyat yang dilakukan oleh Oligarki PIK-2, untuk membangun bisnis properti mereka,” terangnya.

Kasus Charlie Candra hanyalah fenomena puncak gunung es perampokan tanah lewat kriminalisasi. Masih banyak warga Banten lainnya yang mengalami hal serupa, seperti yang dialami oleh Haji Fuad Efendi Zarkasi.

Gugroni menegaskan, kami mengajak seluruh rakyat untuk bersatu padu melawan kezaliman Oligarki PIK-2.

“Saat rakyat Kabupaten Pati Jawa Tengah, kompak melawan penguasa karena kenaikan Pajak tanah (PBB) maka rakyat Banten selaku korban penggusuran tanah oleh mafia tanah dan Oligarki harus, bersatu dan menantik perlawanan pada Oligarki di seluruh wilayah Indonesia,” tambah Gufroni, menutup. (Sugi)

CIC Desak KPK Segera “Tangkap” Abdul Wahid Di Jumat Keramat “Pusaran Gurita” Kasus Korupsi CSR BI & OJK

CIC Desak KPK Segera “Tangkap” Abdul Wahid Di Jumat Keramat “Pusaran Gurita” Kasus Korupsi CSR BI & OJK

 

 

 

Pekan Baru, Galaxypost.id

 

 

 

Dewan Pimpinan Pusat Corruption Investigation Commiittee (CIC) akan terus membongkar skandal korupsi dana CSR BI & OJK yang diduga melibatkan Gubernur Riau Abdul Wahid yang dikabarkan menerima dana sebesar Rp 25 miliar, bahkan akibat bergulirnya berita ini,dua hari ini tidak ada kabar sang Gubernur Riau Abdul Wahid di publik.

 

CIC menilai,sebelum berita tentang keterlibatan Abdul Wahid di pasaran kasus korupsi CSR BI dan OJK ini, sosok Abdul Wahid sering tampak dalam berbagai kegiatan di Provinsi Riau, namun kini hilang bak ditelan “Bumi”.

 

CIC akan tetap berkomitmen upaya pemberantasan korupsi di negeri ini,awal terkuaknya “Pusaran Gurita” kasus korupsi dana CSR BI dan OJK ini,dimana Pusat Pelaporan dan Analisis Transaksi Keuangan (PPATK). Ada kerugian keuangan Negara sebesar Rp 28, 2 Triliun rupiah dari dana CSR BI dan OJK.

Sejauh ini, KPK telah menetapkan 2 orang tersangka dari komisi XI DPR RI, Satori (Nasdem) dan Heri Gunawan (Gerindra). Menurut KPK, pihaknya menduga kuat mayoritas anggota komisi XI DPR RI terlibat, termasuk nama gubernur Riau, (Abdul Wahid) pun beredar sebagai penerima dalam daftar nama anggota DPR RI.

 

Ketua Umum CIC R.Bambang.SS menegaskan,”Di Jumat “Keramat” ini CIC mendesak KPK segera “Tangkap” Abdul Wahid,serta “Otak Intlektual” Kasus korupsi CSR BI yang rugikan negara 22 triliun lebih,perlu diketahui terkuaknya kasus ini,berkat laporan Laporan Hasil Analisis (LHA) PPATK dan pengaduan masyarakat di KPK, dan akhirnya pihak Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK)melakukan penyidikan umum sejak Desember 2024, dan penyidik telah menemukan sekurang-kurangnya dua alat bukti yang cukup, untuk menjerat para pelaku korupsi,dan hasilnya dua orang Anggota DPR RI Komisi XI ditetapkan tersangka. Dan penyelidikan yang dilakukan KPK berlanjut, akhirnya muncul nama Abdul Wahid Yang kini telah menjabat sebagai Gubernur Riau yang menerima aliran dana CSR BI dan OJK,” tegas R.Bambang.SS kepada awak media Jumat (15/8/2025) di Pekan Baru.

 

CIC menilai,dalam konstruksi perkaranya, Komisi XI DPR melaksanakan tugas dan wewenangnya memiliki beberapa mitra kerja, di antaranya BI dan OJK. Khusus terhadap BI dan OJK, Komisi XI DPR memiliki kewenangan tambahan, yaitu mewakili DPR memberikan persetujuan terhadap rencana anggaran masing-masing lembaga tersebut setiap tahunnya.

 

Menuru Ketua Umum CIC R.Bambang.SS mengungkapkan,”Dalam rapat terdapat kesepakatan antara lain, BI dan OJK memberikan dana program sosial kepada masing-masing anggota Komisi XI DPR RI, dengan alokasi kuota yaitu dari BI sekitar 10 kegiatan per tahun dan OJK sekitar 18 sampai dengan 24 kegiatan per tahun,ada 3 kegiatan setelah semua persetujuan antara anggota DPR RI Komisi XI dan  BI,serta OJK, diantaranya .

 

1.BI dan OJK memberikan dana program sosial kepada masing-masing anggota Komisi XI DPR RI dengan alokasi kuota yaitu dari BI sekitar 10 kegiatan per tahun dan OJK sekitar 18 sampai dengan 24 kegiatan per tahun.

 

2. Dana program sosial diberikan kepada anggota Komisi XI DPR RI melalui yayasan yang dikelola oleh anggota DPR Komisi XI.

 

3. Teknis pelaksanaan penyaluran dana bantuan sosial dibahas lebih lanjut oleh Tenaga Ahli (TA) dari masing-masing anggota DPR Komisi XI dan pelaksana dari BI dan OJK dalam rapat lanjutan, sehingga dana CSR BI dan OJK tadinya digunakan untuk.kepwrluan pribadi,” papar R.Bambang.SS.

 

Dia menambahkan,” CIC mendesak KPK segera menjadikan Abdul Wahid sebagai tersangka, karena terlibat di pasaran dana CSR BI ini, dan jika Abdul Wahid merasa tidak terlibat silahkan klarifikasi masalah ini,jika terlibat ,sebagai kesatria segera menyerahkan diri dan mundur dari Jabatan sebagai Gubernur Riau,jangan menghilang bak di “Telan Bumi”.Kemanapun sembunyi,CIC akan terus mengejar dan mengawal kasus ini sampai tuntas,”pungkasnya.

BERSAMA KEMENHAN, BAMAGNAS GELAR SEMINAR NASIONAL BELA NEGARA

BERSAMA KEMENHAN, BAMAGNAS GELAR SEMINAR NASIONAL BELA NEGARA

 

 

 

Jakarta, Galaxypost.id

 

“Bela negara bukan hanya soal mengangkat senjata atau berperang, tetapi mencakup kesadaran, semangat, dan tindakan nyata dalam menjaga keutuhan bangsa dan negara. Pada konteks ini, bela negara bisa diwujudkan dengan menjaga Idiologi negara sekalipun literasi digital sangat mendominasi keadaan,” tegas Pdt Dr Elider Tampubolon MM MTh, Ketua Badan Musyawarah Antar Geraja Nasional (Bamagnas) DKI Jakarta pada sambutannya dalam Seminar Nasional Bela Negara dengan tema “Meningkatkan Rasa Bela Negara Dalam Menyongsong Indonesia Emas.

Ditambahkan, tema tersebut mengandung makna yang sangat dalam. Indonesia menargetkan menjadi negara maju pada tahun 2045, tepat 100 tahun kemerdekaan. “Untuk mencapainya, dibutuhkan generasi muda yang cerdas, tangguh, berkarakter, serta memiliki rasa cinta tanah air yang tinggi, memelihara idiologi yang sudah dibangun para pendiri bangsa serta bersama-sama mewaspadai inteloransi yang kembali bergerak,” ucapnya.

“Melalui kegiatan ini, saya berharap seluruh peserta dapat menumbuhkan semangat nasionalisme, memperkuat karakter kebangsaan, dan menyiapkan diri untuk menjadi generasi emas yang siap menghadapi tantangan zaman, tanpa melupakan jati diri sebagai bangsa Indonesia. Sebagai ormas Kristen, kita adalah mitra pemerintah dalam mempersiapkan generasi emas. Gereja juga harus terjun untuk berperan menyampaikan program program pemerintah, tidak cukup hanya berdoa. Sebagai ormas tidak hanya mengkritisi tapi bersama-sama mempersiapkan generasi yang unggul, generasi yang berkarakter serta generasi yang saling menghargai di dalam setiap perbedaan perbedaan,” pungkasnya.

“Melalui seminar ini, peserta memperoleh pemahaman yang lebih mendalam mengenai nilai-nilai bela negara serta mampu mengimplementasikannya kehidupan berbangsa dan bernegara,” harap Imanuel Pangaibali STh SH MTh (Ketua Panitia Pelaksana).

Seminar Nasional dilaksanakan pada Kamis, 14 Agustus 2025 di STT Ekumene, Mall Artha Gading Lantai 5 (Kelapa Gading, Jakarta Utara). Sebagai Keynote Speaker Brigjen TNI G Eko Sunarto SPd MSi (Direktur Bela Negara Ditjen Pothan Kemhan) mewakili Letjen TNI (Purn) Sjafrie Sjamsoeddin (Menteri Pertahanan). Selain Eko Sunarto, sebagai narasumber adalah Dr Jeane Marie Tulung, STh MPd (Dirjen Bimas Kristen) yang juga diwakili, Kol Sus Prof Dr Drs Mhd Halkis MH (Guru Besar Universitas Pertahanan) serta Pdt Dr Gilbert Lumoindong sebagai moderator.

Pdt Dr Japarlin Marbun MPd tampil memimpin ibadah singkat dan menerangkan pentingnya bela negara dari Yeremia 29:4-9. Kesbangpol Dikmental mewakili Gubernur DKI Jakarta. Bersama sekitar 400 peserta dari berbagai denominasi gereja hadir juga para Ketua Sinode, dan pemuka agama. @epa_phm

Come il gioco d’azzardo rivela le nostre paure e aspirazioni nascoste 2025

Introduzione: Come il gioco d’azzardo riflette le emozioni e le percezioni del rischio

Il gioco d’azzardo, nelle sue molteplici forme, rappresenta molto più di un semplice passatempo o una possibilità di vincita. Esso si configura come uno specchio delle nostre emozioni più profonde, rivelando paure, desideri e aspirazioni che spesso non riconosciamo consciamente. Analizzando il suo ruolo nella società italiana, possiamo comprendere come le scelte di gioco siano influenzate da un complesso intreccio di percezioni soggettive e collettive riguardo al rischio e alla sicurezza. Per approfondire queste dinamiche, si può fare riferimento a un articolo fondamentale che esplora come i giochi riflettano la nostra percezione del rischio e della sicurezza: Come i giochi riflettono la nostra percezione del rischio e della sicurezza.

Il ruolo delle emozioni nel gioco d’azzardo e nella percezione del rischio

Le emozioni giocano un ruolo centrale nelle decisioni relative al gioco d’azzardo. La paura di perdere, ad esempio, può spingere a scommettere comunque, nel tentativo di recuperare ciò che si teme di perdere. Al contrario, l’euforia del successo può alimentare il desiderio di continuare a giocare, alimentando un circolo vizioso di speranza e insicurezza. In Italia, questa dinamica si intreccia con una cultura che spesso associa il gioco a momenti di socializzazione, ma anche a insicurezze personali e collettive. La percezione del rischio diventa quindi una questione soggettiva, influenzata da esperienze, credenze e contesti culturali, creando un ponte tra emozioni individuali e percezione collettiva.

La paura del fallimento e il desiderio di successo: motivazioni profonde dietro il gioco d’azzardo

Dietro ogni azzardo si celano motivazioni profonde legate alla ricerca di controllo e di riscatto. La paura di perdere il controllo su sé stessi o sul proprio destino spinge alcuni a cercare nei giochi una forma di illusoria sicurezza. Allo stesso tempo, molti sognano di risollevare le proprie sorti economiche o sociali, vedendo nel gioco un’opportunità di miglioramento. In Italia, questa tensione tra insicurezza e desiderio di successo si riflette nelle modalità di gioco preferite, come le slot machine, spesso percepite come strumenti di facile speranza, o nelle scommesse sportive, che assumono il ruolo di un vero e proprio tentativo di riscatto personale.

L’illusione di sicurezza e la fuga dalla realtà

Il gioco d’azzardo viene spesso vissuto come un’oasi di protezione illusoria. Le false percezioni di sicurezza, alimentate da pubblicità e narrazioni collettive, creano un senso di controllo che, in realtà, è fragile e temporaneo. Le slot machine, con i loro suoni rassicuranti e luci accattivanti, rappresentano un richiamo a una sicurezza apparente, offrendo ai giocatori l’illusione di poter recuperare facilmente le perdite o di poter controllare il risultato. Culturalmente, in Italia, questa ricerca di conforto si lega a un bisogno di stabilità che si manifesta in comportamenti di fuga dalla realtà, in un Paese dove le tradizioni e le aspettative sociali spesso alimentano questa percezione di sicurezza illusoria.

La dimensione sociale e culturale delle paure legate al gioco

Il gioco d’azzardo in Italia è spesso soggetto a stigmatizzazione, che può accentuare sentimenti di vergogna o colpa. Tuttavia, nelle comunità più coese, il gioco rappresenta anche un rituale collettivo, un modo di rafforzare i legami sociali e di affrontare le proprie insicurezze condivise. La pressione sociale, soprattutto tra i giovani e negli ambienti lavorativi, può spingere verso comportamenti compulsivi per sentirsi parte di un gruppo o per soddisfare aspettative culturali di successo. La tradizione italiana, con il suo forte senso di appartenenza, influenza quindi le paure e le aspirazioni legate al gioco, creando un complesso intreccio tra identità individuale e collettiva.

Come il gioco d’azzardo utilizza simboli e archetipi per esprimere desideri e timori

Nei giochi più diffusi in Italia, come il lotto, il simbolo della fortuna e del destino si intreccia con archetipi universali di speranza e paura. Le mani che tirano la leva, le ruote che girano, o i numeri fortunati rappresentano elementi simbolici profondi, radicati nella cultura locale e nelle narrazioni collettive. Questi simboli rafforzano le narrazioni di speranza di riscatto e di paura di perdere, alimentando un senso di destino inevitabile. La cultura italiana, con il suo patrimonio di miti e storie di riscatto, utilizza questi archetipi per rafforzare l’attrattiva del gioco, rendendo più potente l’emozione che si prova di fronte alle possibilità di vittoria o di perdita.

La psicologia delle vincite e delle perdite: come si manifestano le paure e le speranze

Durante il gioco, l’ansia e l’euforia si alternano, creando un ciclo emotivo che può essere difficile da gestire. La percezione della perdita, spesso ingigantita dalla speranza di recuperare, spinge molti a rigiocare, alimentando un circolo vizioso. Questa dinamica psicologica rispecchia le aspirazioni di miglioramento personale e le paure di fallimento, in un contesto culturale in cui il successo e la riservatezza sono aspetti molto valorizzati. La gestione di queste emozioni, se non consapevole, può portare a comportamenti compulsivi e a conseguenze psicologiche di lunga durata.

Il ruolo dei media e della pubblicità nel modellare le percezioni di rischio e desiderio

I mezzi di comunicazione spesso rappresentano il gioco d’azzardo come un’esperienza sicura, glamour e redditizia, creando miti che alimentano aspettative irrealistiche. La pubblicità, con immagini di vincite facili e scenari di successo, rafforza l’idea che il gioco possa essere una strada veloce verso il benessere. In Italia, questa narrativa contribuisce a modellare le percezioni di rischio, rendendo più difficile riconoscere i pericoli reali e alimentando le aspirazioni di ricchezza immediata.

Conclusioni: il gioco come specchio delle nostre paure e aspirazioni più profonde

In conclusione, il gioco d’azzardo si configura come uno specchio fedele delle emozioni e delle percezioni che guidano le nostre scelte quotidiane. Esso riflette le paure di fallimento, il desiderio di successo, la ricerca di sicurezza e le aspettative culturali che influenzano la nostra società. Comprendere queste dinamiche permette di sviluppare una maggiore consapevolezza delle proprie emozioni e di affrontare le proprie paure con maggiore lucidità. Tornare a riflettere sul ruolo dei giochi come simboli culturali aiuta a riconoscere le proprie aspirazioni più autentiche, senza lasciarsi trascinare da illusioni di sicurezza o da miti irrealistici.

Ketua Umum Indonesian Diaspora Business Council (IDBC) Fify Manan: IDBC Gerakkan Para Businessmen dan Professional Diaspora untuk Pro-aktif Membangun Indonesia

Ketua Umum Indonesian Diaspora Business Council (IDBC) Fify Manan: IDBC Gerakkan Para Businessmen dan Professional Diaspora untuk Pro-aktif Membangun Indonesia

 

 

 

Jakarta, 11 Agustus 2025

 

Indonesian Diaspora Business Council (IDBC) sukses menyelenggarakan acara Business Scale-Up Gala Dinner bertajuk “An Evening of Honoring Vision and Music” di Grand Ballroom Hotel JS Luwansa, Jakarta, pada Senin malam, 11 Agustus 2025.

Acara bergengsi ini dihadiri oleh para pelaku usaha, profesional diaspora Indonesia, tokoh-tokoh ekonomi, serta perwakilan pemerintah. Tujuannya adalah untuk memperkuat jejaring bisnis antara diaspora Indonesia di luar negeri dengan pelaku usaha di tanah air, sekaligus memberikan apresiasi kepada individu maupun organisasi yang telah berkontribusi nyata dalam pengembangan bisnis diaspora.

Ketua Umum IDBC, Fify Manan selaku ketua IDBC menjelaskan bahwa di acara ini dibahas terkait Healthcare, OCI, relaksasi Peraturan Perbankan untuk Diaspora eks-WNI. Jadi selama ini Diaspora eks-WNI tidak bisa buka Account rekening di Indonesia. Jadi dengan adanya relaksasi ini diharapkan Diaspora eks-WNI bisa buka rekening di Indonesia dan berbisnis serta berinvestasi. Setelah membuka rekening baru menjajaki soal perpajakan. Saya rasa Indonesia cukup reasonable and fair soal perpajakan daripada luar negeri. Untuk perusahaan pajak itu tidak memberatkan.

Dibahas ekonomi kreatif dan ekonomi digital itu banyak data center yang mau didirikan itu menyerap tenaga kerja. Ekonomi kreatif bisa di kuliner, fashion dan lainnya bisa menyerap tenaga kerja. Itu baik untuk pertumbuhan ekonomi Indonesia.

Harapan kedepannya supaya para Diaspora itu bisa mau pulang ke Indonesia untuk membangun tanah air. Diaspora itu banyak sekali yang hebat-hebat yang bisa membantu perkembangan di Indonesia. Contohnya dulu tidak ada data center tapi sekarang sudah banyak. Ada teman saya dari Capital venture dari silicon valley akhirnya sukses di Indonesia.

CIC Minta OJK Harus Urus Calon Direktur BAS, Jangan Tidak Diurus

CIC Minta OJK Harus Urus Calon Direktur BAS, Jangan Tidak Diurus

 

Banda Aceh, Galaxypost.id

 

Masalah Bank Aceh Syari’ah (BAS), sebagai Badan Usaha Milik Daerah (BUMD) Pemerintah Aceh, yang berbentuk Perusahaan Terbatas (PT), semestinya memegang prinsip profesionalisme dalam pengelolaannya. Karena Pemegang Saham Pengendali (PSP) adalah Pemerintah Aceh, juga Pemerintah Kabupaten/Kota seluruh Aceh, selama ini menjadi sorotan rakyat atau masyarakat Aceh dikarenakan uang milik rakyat Aceh banyak dikelola di BAS.

 

Dewan Pimpinan Pusat Corruption Investigation Commiittee (CIC) menyoroti serius permasalah Bank Aceh Syariah (BAS),dimana manajemen pengelolaan bank yang sarat unsur politik serta korupsi, kolusi dan nepotisme (KKN), juga berbagai penyimpangan tanpa kejelasan hasil auditnya.

 

Karena itu, CIC meminta perlunya pengawasan yang intensif, profesional serta independen agar sebahagian besar uang milik rakyat Aceh, baik yang berasal dari uang gaji Apatur Sipil Negara (ASN) atau Pegawai Negeri Sipil (PNS) dibawah koordinasi Pemerintahan Aceh, uang atau Anggaran Pendapatan dan Belanja Aceh (APBA), sebagian besar uang kredit konsumtif yang menjadi andalan manajemen pengelolaan BAS, uang jaminan proyek APBA dan lain sebagainya.

 

Ketua Umun DPP CIC R.Bambang.SS menegaskan,” Sehingga kecenderungan keuntungan (profit sharing) yang dinikmati oleh pejabat, elite dan birokrat tertentu, menjadikan BAS sebagai lahan basah penuh dengan rebutan elite politik Aceh yang diasumsikan sangat menguntungkan dalam bisnis keuangan dan perbankan,” tegas R.Bambang.SS kepada wartawan Selasa (12/8/2025).

 

Ditambahkannya,Pada dasarnya bisnis manajemen bank mesti menjadi dikontrol secara ketat oleh Bank Sentral (Bank Indonesia/BI) dan Otoritas Jasa Keuangan (OJK), sebagai pemegang otoritas pengawasan bisnis keuangan dan perbankan.

 

CIC menilai, bisnis keuangan dan perbankan mengandalkan kepercayaan (trust), ini berhubungan signifikan dengan bisnis uang yang mesti dikelola berhubungan baik serta benar, ini berkaitan dengan kebijakan fiskal dan moneter.

 

Menurut R.Bqmbang.SS,”Dengan demikian, kepercayaan rakyat Aceh jangan sampai dikecewakan atau dikangkangi oleh lembaga pengawas bisnis keuangan dan perbankan, berhubungan dengan calon Direktur BAS yang mesti memiliki kompetensi serta kemampuan sebagai top menejer yang mampu mengelola bisnis keuangan, tanpa intervensi berlebihan agar kinerja menjadi profesional,”ujarnya.

 

Untuk itu, DPP CIC meminta adanya upaya yang dilakukan oleh pejabat dan atau elite Pemerintah Aceh (Gubernur Aceh) yang menghendaki adanya permintaan rekomendasi dukungan terhadap salah satu Calon Direktur BAS, ini adalah dapat dinyatak kesalahan fatal, jika ini dilakukan oleh OJK. Patut diduga serta dicurigai secara profesional jika keinginan dari usulan rekomendasi ini disetujui oleh OJK dengan pertimbangan KKN dari elite Pemerintah Aceh, ini merupakan berindikasi bahwa, distrusted kepada OJK, harus menjadi pertimbangan tidak perlu lagi adanya lembaga ini di Aceh.

 

Disamping itu Ketua Umum CIC R.Bambang.SS mendesak, OJK dan BI juga wajib memperhatikan persoalan banyak kasus di BAS dan penyimpangan pengelolaan uang rakyat Aceh, juga persoalan likuiditas serta solvabiltas BAS tidak pernah diketahui secara transparan ditengah tuntutan keterbukaan informasi publik,”imbuh R.Bambang SS.

 

Karena BAS merupakan lembaga publik keuangan di Aceh yang mengelola uang rakyat Aceh triliunan milyar rupiah, termasuk tidak jelas banyak praktik bahkan ratusan dan atau ribuan rekening misterius. Juga tidak adanya kejelasan tentang tindakan terhadap penyimpangan praktik setor tarik pemilik rekening misterius baru-baru ini, yang diduga selama ini banyak serta dilakukan secara massif, serta terstruktur diketahui oleh manajemen pengelolaan BAS.

 

Sehingga berbagai audit internal dari pihak BAS, seringkali berkecenderungan menyembunyikan serta melindungi berbagai penyimpangan yang dilakukan oleh manajemen pengelolaan perbankan BAS, baik di kantor pusat maupun cabang.

 

Dengan demikian, perlu kehatian-hatian pihak pengawas bisnis keuangan dan perbankan di Aceh, termasuk OJK tidak mudah menyetujui keinginan dari elite politik Aceh memberikan rekomendasi terhadap orang tertentu berdasar keputusan “by order”, karena dipastikan memiliki “by design” tertentu terhadap usaha penyimpangan ke depan terhadap manajemen pengelolaan BAS.

 

Kerum CIC menilai, “Semua ini sarat dengan kepentingan politik orang, kelompok tertentu memanfaatkan bisnis uang dan perbankan Aceh yang sangat menguntungkan, karena BAS salah satu yang melaksanakan praktik Single Banking di Aceh yang sangat menguntungkan serta menggiurkan, dengan sentuhan secara psikologis dan bisnis memberikan lebel syari’ah untuk memungut keuntungan uang dari rakyat Aceh,”pungkas R.Bambang.SS.

Wie alte Uhren und Symbole unsere Welt prägen

Einleitung: Die Bedeutung von Zeit und Symbolen in der menschlichen Kultur

Die menschliche Kultur ist tief verwoben mit Konzepten wie Zeit und Symbolen, die über Jahrtausende hinweg unsere Weltanschauung geprägt haben. Zeitmessung ist essenziell für das Funktionieren unserer Gesellschaft, da sie Organisation, Planung und den Alltag strukturieren. Ebenso spielen Symbole eine zentrale Rolle bei der Vermittlung gemeinsamer Werte, Identität und religiöser Überzeugungen. Diese Elemente sind nicht nur praktische Hilfsmittel, sondern Träger tiefer kultureller Bedeutung.

Grundlegende Konzepte: Zeit, Symbole und ihre Funktion in menschlichen Gemeinschaften

In der Geschichte haben Menschen verschiedene Methoden entwickelt, um die Zeit zu messen. Frühzeitliche Kulturen nutzten natürliche Phänomene wie den Lauf der Sonne oder den Mondzyklus, um Tages- und Jahreszeiten zu bestimmen. Symbole dienten dabei als Vermittler von Werten und Weltbildern. Ein einfaches Beispiel sind religiöse Symbole wie das Kreuz oder die Ankh, die nicht nur spirituelle Bedeutungen tragen, sondern auch die Gemeinschaft stärken.

Diese Konzepte beeinflussen noch heute unser modernes Leben. Uhren symbolisieren Präzision und Fortschritt, während Symbole in Logos, Ritualen und Kunst unsere kollektive Identität formen. Sie sind stets Träger tiefer Bedeutung, die über das Praktische hinausgehen.

Historische Entwicklung der Zeitmessung: Von Sonnenuhren zu modernen Uhren

Die Nutzung der Sonnenuhr im alten Ägypten und ihre Bedeutung

Die Sonnenuhr gilt als eine der ältesten bekannten Zeitmessgeräte und wurde bereits im alten Ägypten eingesetzt. Sie bestand aus einer Stab- oder Schattenwerfer-Struktur, deren Schattenlage die Tageszeit anzeigte. Diese Geräte symbolisierten nicht nur die Organisation des Tages, sondern hatten auch religiöse Bedeutung, da sie den Lauf der Götter und die Ordnung des Kosmos widerspiegelten.

Evolution der Zeitmessung: Wasseruhren, mechanische Uhren, präzise Chronometer

Im Lauf der Jahrhunderte entwickelten sich komplexere Geräte: Wasseruhren (Kloketten), mechanische Uhren im Mittelalter und schließlich die präzisen Chronometer des 18. Jahrhunderts. Diese Fortschritte ermöglichten eine genauere Planung in Handel, Wissenschaft und Alltag, was die Gesellschaft erheblich beschleunigte.

Einfluss der Zeitmessung auf Handel, Wissenschaft und Alltag

Mit verbesserten Uhren wurde die Koordination von Handel und Navigation präziser. Wissenschaftliche Entdeckungen, wie die Umlaufbahnplanetensysteme, wurden durch genaue Zeitmessung möglich. Heute ist die Zeit ein globales Gut, das unser tägliches Funktionieren grundlegend bestimmt.

Symbole als Träger kultureller Bedeutung und Weltanschauung

Lotusblumen als Symbol für Reinheit und Wiedergeburt in Ägypten

Das Symbol der Lotusblume ist in der altägyptischen Kunst allgegenwärtig. Sie steht für Reinheit, Erneuerung und die Wiedergeburt, da die Blume im Wasser aufblüht und bei Nacht wieder in die Tiefe sinkt. Diese Symbolik spiegelt den Glauben an das ewige Leben wider.

Die Pyramiden von Gizeh: Architektur, Astronomie und Kosmologie

Die Pyramiden sind nicht nur architektonische Meisterleistungen, sondern auch astronomische Kalender und kosmologische Symbole. Ihre exakte Ausrichtung nach den Himmelsrichtungen und Sternbildern zeigt das tiefgehende Wissen der alten Ägypter über das Universum.

Bedeutung alter Symbole in heutigen Kontexten

Viele Symbole aus der Antike finden sich heute in Logos, Tattoos und Ritualen wieder. Sie tragen nach wie vor kollektive Bedeutungen, die auf jahrtausendelanger Tradition basieren, etwa die Unendlichkeitsschleife oder das Ankh.

Verbindung zwischen alten Uhren, Symbolen und der Natur

Wie spiegeln Natur und Himmel die menschliche Zeitwahrnehmung wider?

Der Lauf der Sonne, der Mond und die Sterne sind seit Urzeiten Orientierungshilfen für Menschen. Diese natürlichen Zyklen sind die Grundlage für viele alte Zeitmessmethoden und beeinflussen bis heute unsere Sicht auf Zeit und Raum.

Beispiel: Die Ausrichtung der Pyramiden und ihre astronomische Bedeutung

Die Pyramiden von Gizeh sind so ausgerichtet, dass sie mit den Himmelsrichtungen und bestimmten Sternbildern übereinstimmen. Dies zeigt, wie eng die alten Ägypter ihre Kultur mit den Bewegungen der Natur verbunden haben, was auch heute noch in der Astronomie sichtbar ist.

Non-figurative Symbole in der Natur und ihre kulturelle Bedeutung

Naturphänomene wie Spiralformen in Muscheln oder Sonnenkreise symbolisieren universelle Konzepte wie Unendlichkeit, Zyklus und Harmonie. Diese Formen sind in vielen Kulturen präsent und verbinden Mensch und Natur auf eine tiefgehende Weise.

Die Rolle moderner Interpretationen: Ramsses Book als Beispiel

Moderne Werke wie Gamomat Ramses: der Klassiker schlechthin zeigen, wie alte Weisheiten und Symbole in zeitgenössischen Kontexten wieder aufleben. Sie vermitteln antike Prinzipien, die für persönliches Wachstum und spirituelle Entwicklung heute ebenso relevant sind wie vor Tausenden von Jahren.

Parallelen zwischen alten Symbolen und heutigen Lebensweisen

Viele moderne Lebensphilosophien greifen auf uralte Symbole und Konzepte zurück, um Orientierung und Sinn zu vermitteln. Die Verbindung zu Traditionen schafft Kontinuität und stärkt das kollektive Bewusstsein.

Die Bedeutung von Traditionen und Symbolen für persönliches Wachstum

Indem wir alte Symbole verstehen und in unser Leben integrieren, fördern wir Selbstreflexion und inneres Gleichgewicht. Diese zeitlosen Prinzipien sind wertvolle Begleiter auf dem Weg zu einem erfüllten Leben.

Die tiefere Bedeutung: Wie alte Uhren und Symbole unsere Welt prägen

Kunst, Architektur und Wissenschaft wurden maßgeblich durch die Prinzipien alter Zeitmessung und Symbole beeinflusst. Die Ästhetik der Pyramiden, die Präzision mechanischer Uhren und die universellen Symbole formen unser kollektives Bild von Zeit und Raum.

“Symbole sind die Sprache der Seele, die uns mit unserer Vergangenheit verbindet und den Weg in die Zukunft weist.”

Die Kraft der Symbole liegt in ihrer Fähigkeit, kollektive Identität und Erinnerung zu bewahren. Sie sind lebendige Zeugen unserer kulturellen Entwicklung und bieten wertvolle Einsichten für die Gestaltung unserer Zukunft.

Fazit: Die unvergängliche Relevanz alter Uhren und Symbole

Zusammenfassend lässt sich sagen, dass alte Uhren und Symbole weit mehr sind als bloße Werkzeuge oder Bilder. Sie sind Träger von Wissen, Kultur und spiritueller Weisheit. Für die Zukunft ist es wichtig, diese Erben zu bewahren und in moderne Kontexte zu integrieren, um eine tiefere Verbindung zwischen Vergangenheit, Gegenwart und Zukunft zu sichern.

Indem wir uns mit den Wurzeln unserer kulturellen Prinzipien auseinandersetzen, gewinnen wir ein besseres Verständnis für unsere eigene Identität und die Welt um uns herum. Alte Uhren und Symbole sind somit nicht nur historische Artefakte, sondern lebendige Elemente unseres kollektiven Bewusstseins.

RAKERNAS ADAKSI 2025 Tegaskan Perjuangan Pemerataan Tukin dan Kenaikan Tunjangan Fungsional Dosen ASN

RAKERNAS ADAKSI 2025 Tegaskan Perjuangan Pemerataan Tukin dan Kenaikan Tunjangan Fungsional Dosen ASN

 

Malang, 9 Agustus 2025

 

Aliansi Dosen ASN Kemdiktisaintek Seluruh Indonesia (ADAKSI) menggelar Rapat Kerja Nasional (RAKERNAS) Pertama pada Tahun 2025 di Malang, Jawa Timur. Forum ini menjadi ajang konsolidasi nasional para dosen ASN di lingkungan KemendiktiSaintek sekaligus wadah untuk merumuskan arah strategis organisasi dan memperkuat komitmen perjuangan atas hak-hak dosen ASN.

Rakernas yang dihadiri perwakilan DPP, 19 DPW, dan unsur pimpinan DPC dari seluruh Indonesia tersebut menghasilkan sejumlah pembahasan strategis, meliputi:

1. Penetapan Program Kerja Prioritas DPP ADAKSI 2025–2026 yang berfokus pada penguatan advokasi dan pengembangan struktur kelembagaan organisasi secara nasional.

2. Perjuangan pemerataan pembayaran Tunjangan Kinerja (Tukin) bagi seluruh dosen ASN tanpa membedakan klaster perguruan tinggi negeri (PTN).

3. Kenaikan nilai tunjangan fungsional dosen yang stagnan sejak 2007

4. Mendorong pembayaran rapelan Tukin untuk periode 2020–2024

5. Penguatan jenjang karier dosen PPPK, termasuk akses studi lanjut, kenaikan pangkat.

6. pembaruan sistem Sasaran Kinerja Pegawai (SKP) agar lebih adil dan terintegrasi.

 

Salah satu keputusan penting dalam Rakernas ini adalah pengesahan Policy Brief yang mengusulkan penerbitan Peraturan Presiden (Perpres) guna menaikkan tunjangan fungsional dosen sebagai solusi konkret atas stagnasi selama 18 tahun. Naskah akademik tersebut akan segera disampaikan kepada kementerian terkait.

ADAKSI juga menegaskan komitmennya untuk memperkuat kolaborasi dengan pemerintah, DPR, dan pemangku kepentingan lainnya demi menciptakan pendidikan tinggi yang adil, bermartabat, dan berpihak pada kesejahteraan dosen ASN.

Ketua Panitia Pelaksana Rakernas, Rio Kurniawan, menegaskan bahwa forum ini memperkuat posisi ADAKSI sebagai mitra kritis sekaligus solutif dalam pembangunan pendidikan tinggi di Indonesia. Ketua Umum DPP ADAKSI, Dr. Fatimah, menyoroti pentingnya pemerataan tukin untuk mencegah ketimpangan yang dapat berdampak negatif terhadap mutu pendidikan dan keberlanjutan operasional kampus.

Dalam kesempatan yang sama, Ketua Pembina ADAKSI, Prof. Asla, bersama Prof. Dr. Zudan Arif Fakrulloh, S.H., M.H. yang hadir secara virtual, mendorong ADAKSI untuk terus memberikan masukan strategis bagi kebijakan pendidikan tinggi.

Rakernas ini juga menjadi momen pelantikan DPP ADAKSI Periode 2025–2028 oleh Ketua Dewan Pengawas ADAKSI, Dr. Ir. Esther Sanda Manapa, M.T.. Setelah pelantikan, Wakil Ketua Umum DPP ADAKSI, Anggun Gunawan, menyerahkan Surat Keputusan (SK) kepada 19 DPW ADAKSI dari seluruh Indonesia.

Dengan semangat kolektif yang menguat di forum ini, ADAKSI menegaskan tekadnya untuk menyatukan perjuangan dosen ASN demi terwujudnya masa depan pendidikan tinggi Indonesia yang lebih adil, berkualitas, dan berdaya saing.

Starvision Rilis Official Trailer dan Poster Film PENCARIAN TERAKHIR, Kisah Epik Tentang Pencarian yang Penuh Misteri. Tayang di Bioskop 28 Agustus 2025

Starvision Rilis Official Trailer dan Poster Film PENCARIAN TERAKHIR, Kisah Epik Tentang Pencarian
yang Penuh Misteri. Tayang di Bioskop 28 Agustus 2025

 

Jakarta, 7 Agustus 2025 –

 

Setelah sukses dengan Sekawan Limo dan Petaka Gunung Gede yang menghadirkan kisah pendakian Gunung. Starvision merilis official trailer dan
poster film horor misteri terbaru berjudul PENCARIAN TERAKHIR, yang film
pendahulunya sukses tahun 2008, karya sutradara Affandi Abdul Rachman yang kini
melanjutkan kisah pencarian lebih epik di Gunung Sarangan yang penuh misteri.

Dalam official trailer PENCARIAN TERAKHIR diperlihatkan potongan-potongan adegan yang mengundang rasa penasaran apa yang sebenarnya terjadi pada keluarga Sita
dan Tito beserta anaknya, Drupadi yang hilang saat trail run untuk merayakan ulang
tahun ke-17 bersama sahabat-sahabatnya, hingga proses pencarian dilakukan kembali di Gunung Sarangan, di titik terakhir Drupadi dikabarkan hilang.

Film PENCARIAN
TERAKHIR menghadirkan beberapa pemain yang memerankan karakter di film
pendahulunya, juga para pemain baru lainnya yang berperan total dengan dedikasi tinggi di medan yang berat, di antaranya: Adzana Ashel, Donny Alamsyah, Artika Sari Devi,
Razan Zu, Fatih Unru, Alika Jantinia, Fadi Alaydrus, Dinda Mahira, Yama Carlos, Alex
Abbad, Tesadesrada Ryza, Moh Iqbal Sulaiman, Verdi Sulaeman, Ramon Y Tungka,
Azkya Mahira, Andrew Andika, Egi Fedly, Fuad Idris, Ruth Marini, dan lain-lain.

Film PENCARIAN TERAKHIR menceritakan hilangnya SITA, istri TITO di Gunung
Sarangan di ulang tahun putrinya ke-10, DRUPADI. Sikap Tito menjadi dingin dan
membuat Dru sedih.

Pacarnya, RAKA, dan sahabatnya MAYA, UCOK, JAMAL, dan NURUL serta sahabat orang tuanya BAGUS dan OJI, juga GANCAR pamannya, adalah
penyemangat Dru. Namun itu semua tidak cukup, sehingga di ulang tahunnya ke-17 Dru
berangkat ke Gunung Sarangan untuk mencari ibunya.

Chand Parwez Servia selaku produser menyampaikan, “Setelah sukses mengangkat kisah pendakian di Sekawan Limo dan Petaka Gunung Gede, dan banyaknya berita orang hilang di Gunung saat pendakian, saya prihatin dengan peristiwa yang dialami korban, keluarga, dan tim yang secara sukarela membantu pencarian.

Film PENCARIAN
TERAKHIR didedikasikan untuk jiwa-jiwa yang hilang di pelukan Gunung, dan mereka
yang tanpa pamrih turut mencarinya.”

Sutradara Affandi Abdul Rachman berharap dengan segala peristiwa suka dan duka yang dialami oleh banyak orang di Gunung, semoga Film ini menjadi ilustrasi, pembelajaran
juga kehangatan yang bisa dibagikan dengan orang-orang tersayang.

“Film ini tidak terlepas dari misteri di Gunung Sarangan yang dialami oleh Tito, Sita,
Bagus, Oji, Gancar dan Kang Bernard beberapa tahun yang lalu. Melalui trailer, cerita
dari Tito, Sita dan Drupadi dihadirkan penuh misteri dan mengharu biru, bagaimana
mereka terpisah dan harus mengalami kembali kehilangan orang-orang tercinta.

Tito bersama 2 sahabatnya dan adik iparnya di Film PENCARIAN TERAKHIR akan
mengungkap rahasia yang tersimpan di Gunung Sarangan,” ujar Sutradara Affandi Abdul Rachman.

“Jika bicara tentang Gunung, sudah pasti keindahan alam dan kehangatan bersama-
sama dirasakan saat pendakian. Namun, banyak tempat sakral menyimpan misteri yang sulit dijelaskan melalui kata-kata di jalur-jalur pendakian yang hingga saat ini masih menjadi tanda tanya. Film ini menjadi cinta dan kasih kepada mereka yang tanpa pamrih
selalu menghormati dan menjaga lingkungan alam di pegunungan.” tambah Penulis
Skenario Nataya Bagya.

Adzana Ashel menambahkan, “Drupadi menjadi suara anak tunggal perempuan di
rumah. Sosok Ayah dan Ibu akan menjadi cinta pertama dalam hidupnya. Film
PENCARIAN TERAKHIR menghadirkan kisah kehilangan yang penuh misteri, dan menyampaikan pesan bahwa ikatan cinta dan kekeluargaan akan terus utuh dalam keadaan bagaimanapun.

Dengan menonton Film ini kita bisa menarik pelajaran
berharga dalam menjaga keutuhan rasa cinta untuk orang yang kita sayangi.”

Donny Alamsyah menyampaikan “Sebagai pemeran Tito, saya di berikan tantangan yang
luar biasa dari Sutradara Affandi Abdul Rachman, kembali mengalami kejadian serupa dan kehilangan Istri yang saya cintai, tentu membuat tekanan batin yang berefek ke putri satu-satunya, Drupadi. Namun kehadiran sahabatnya membuat Tito sadar bahwa dia
harus menghadapi trauma untuk melindungi keluarganya. Film ini membuat saya bersyukur, dan lebih mencintai alam dengan seisinya.”

“Persahabatan Tito, Sita, Bagus, Oji, dan Gancar tidak akan hilang, kini hadir kembali
dengan kejadian lebih berat yang membuat kami terpukul, tetapi kekuatan persahabatan
itu sendiri yang membuat kami yakin bahwa setiap kejadian, akan menemukan solusinya.

Terima kasih untuk Film PENCARIAN TERAKHIR”. Ujar Alex Abbad mengapresiasi
Film ini.

Saksikan PENCARIAN TERAKHIR, mulai 28 Agustus 2025 di Bioskop seluruh
Indonesia.

***

Sinopsis

Setelah hilangnya SITA, di Gunung Sarangan di ulang tahun ke-10 DRUPADI, putrinya, sikap TITO menjadi dingin dan membuat Dru sedih. Pacarnya, RAKA, dan sahabatnya MAYA, UCOK, JAMAL, dan NURUL serta sahabat orang tuanya BAGUS dan OJI, juga GANCAR pamannya, adalah penyemangat Dru. Namun semua itu tak cukup, dan di
ulang tahunnya ke-17 Dru berangkat ke Gunung Sarangan untuk mencari ibunya.

 

Tentang Starvision

Starvision adalah salah satu rumah produksi Indonesia yang sukses dengan berbagai judul film populer dan telah menerima penghargaan bergengsi. Film-film seperti Virgin (2005), Heart (2006) dan Get Married (2007) adalah judul yang meraih box office tertinggi di
bioskop Indonesia di tahun penayangannya.

Selain itu, karya Starvision kerap menjadi trendsetter dengan berbagai genre yang meraih kesuksesan, seperti The Tarix Jabrix (2008), Perempuan Berkalung Sorban dan Get Married 2 (2009), Laskar Pemimpi dan Kabayan Jadi Milyuner (2010), Purple Love dan Hafalan Shalat Delisa (2011), Perahu Kertas (2012), Cinta Brontosaurus (2013), Marmut Merah Jambu (2014), Ngenest (2015), Koala Kumal dan Cek Toko Sebelah (2016), Critical Eleven, Sweet 20 dan Susah Sinyal (2017), Yowis Ben dan Milly & Mamet (2018), Yowis Ben 2, Ghost Writer, Dua Garis Biru dan Imperfect (2019), Yowis Ben 3 dan Yowis Ben Finale (2021), Keramat 2 dan Cek Toko Sebelah 2 (2022), Hati Suhita dan 172 Days (2023),
Sinden Gaib, Dua Hati Biru, The Architecture of Love (TAOL), Sekawan Limo, Rumah Dinas Bapak, Modal Nekad (2024), juga Petaka Gunung Gede dan Komang (2025).

Social Media & Kontak
Instagram : @PencarianTerakhirFilm dan @Starvisionplus
TikTok : @StarvisionMovie

PKJS-UI Berkontribusi di WCTC 2025: Bahas Tantangan Tembakau dan Masa Depan Pengendaliannya di Indonesia

PKJS-UI Berkontribusi di WCTC 2025: Bahas Tantangan Tembakau dan Masa Depan Pengendaliannya di Indonesia

 

Jakarta, 6 Agustus 2025 –

 

*_Tim dari Pusat Kajian Jaminan Sosial Universitas Indonesia (PKJS-UI) berpartisipasi aktif dalam World Conference on Tobacco Control (WCTC) 2025 yang diselenggarakan pada 23-25 Juni di Dublin, Irlandia. Konferensi bergengsi ini mempertemukan lebih dari 100 negara dalam diskusi panel tingkat tinggi, studi kasus, dan lokakarya teknis yang membahas berbagai strategi pengendalian konsumsi tembakau global. Salah satu fokus utama konferensi adalah bagaimana merancang kebijakan cukai yang efektif dalam menurunkan prevalensi merokok, sekaligus mengantisipasi pertumbuhan pasar rokok ilegal._*

Negara-negara seperti Brasil dan Vietnam menjadi sorotan atas keberhasilannya menerapkan reformasi cukai yang terstruktur dan disertai roadmap jangka panjang. Di Vietnam, misalnya, kebijakan lintas kementerian didukung oleh alokasi pendanaan khusus bernama Tobacco Control Fund yang menopang program pengendalian tembakau secara berkelanjutan. Simplifikasi struktur tarif cukai dinilai penting untuk mencegah konsumen beralih ke produk yang lebih murah, dan penegakan hukum diperkuat melalui sistem pelacakan digital (track-and-trace), seperti yang juga diterapkan di Brasil, Kenya, dan Filipina.

PKJS UI juga menyampaikan kontribusi ilmiahnya dalam WCTC 2025 melalui presentasi oral dan e-poster dalam forum. Suci Puspita Ratih dan tim memaparkan kajian sistematis mengenai dampak lintas generasi perilaku merokok kakek terhadap perkembangan cucu melalui mekanisme environmental epigenetics. “Studi ini menunjukkan bahwa perilaku merokok di masa lalu, bahkan dari generasi kakek, dapat meninggalkan jejak biologis yang memengaruhi perkembangan cucu melalui jalur epigenetik lingkungan. Ini membuka ruang baru dalam memahami dampak jangka panjang tembakau,” jelas Suci.

Sementara itu, Risky Kusuma Hartono dan tim mempresentasikan dua hasil penelitian: pertama, melalui sesi oral, Risky memaparkan temuan dari analisis Global Youth Tobacco Survey (2006-2019) yang menunjukkan bahwa lebih dari 50% anak yang pernah mencoba berhenti merokok mengalami kekambuhan. Harga rokok murah, iklan rokok, penggunaan rokok elektronik, dan pengaruh teman sebaya menjadi faktor utama pemicunya. “Temuan ini menunjukkan bahwa kebijakan harga, pelarangan penjualan rokok batangan, dan pembatasan iklan sangat penting untuk mencegah kekambuhan merokok pada anak dan remaja,” ujar Risky. Dalam e-poster tersebut, Risky juga memetakan pertumbuhan penjual rokok konvensional dan elektronik di tiga kota besar Indonesia, yang menunjukkan peningkatan signifikan terutama di wilayah permukiman dan sekitar sekolah.

Partisipasi PKJS-UI pada WCTC 2025 memperkuat posisi Indonesia dalam diskursus global pengendalian tembakau, sekaligus menegaskan pentingnya kebijakan yang lebih progresif di tingkat nasional. Apalagi, pada tahun 2024 lalu, pemerintah tidak menaikkan tarif Cukai Hasil Tembakau (CHT), meskipun amanat Peraturan Pemerintah Nomor 28 Tahun 2024 mengharuskan adanya penyesuaian untuk mencapai target penurunan prevalensi perokok. Kini, setelah satu tahun berlalu sejak regulasi tersebut disahkan, perkembangan implementasinya pun masih minim. Pemerintah perlu menunjukkan konsistensinya, setidaknya dengan menaikkan tarif cukai sebagai langkah awal dalam menjalankan komitmen pengendalian tembakau.

PKJS-UI berkomitmen untuk terus mendorong advokasi berbasis bukti, mendorong reformasi cukai, memperkuat layanan berhenti merokok, dan memperjuangkan perlindungan kesehatan publik dari pengaruh industri tembakau.

***