PKJS-UI Berkontribusi di WCTC 2025: Bahas Tantangan Tembakau dan Masa Depan Pengendaliannya di Indonesia
Jakarta, 6 Agustus 2025 –
*_Tim dari Pusat Kajian Jaminan Sosial Universitas Indonesia (PKJS-UI) berpartisipasi aktif dalam World Conference on Tobacco Control (WCTC) 2025 yang diselenggarakan pada 23-25 Juni di Dublin, Irlandia. Konferensi bergengsi ini mempertemukan lebih dari 100 negara dalam diskusi panel tingkat tinggi, studi kasus, dan lokakarya teknis yang membahas berbagai strategi pengendalian konsumsi tembakau global. Salah satu fokus utama konferensi adalah bagaimana merancang kebijakan cukai yang efektif dalam menurunkan prevalensi merokok, sekaligus mengantisipasi pertumbuhan pasar rokok ilegal._*
Negara-negara seperti Brasil dan Vietnam menjadi sorotan atas keberhasilannya menerapkan reformasi cukai yang terstruktur dan disertai roadmap jangka panjang. Di Vietnam, misalnya, kebijakan lintas kementerian didukung oleh alokasi pendanaan khusus bernama Tobacco Control Fund yang menopang program pengendalian tembakau secara berkelanjutan. Simplifikasi struktur tarif cukai dinilai penting untuk mencegah konsumen beralih ke produk yang lebih murah, dan penegakan hukum diperkuat melalui sistem pelacakan digital (track-and-trace), seperti yang juga diterapkan di Brasil, Kenya, dan Filipina.
PKJS UI juga menyampaikan kontribusi ilmiahnya dalam WCTC 2025 melalui presentasi oral dan e-poster dalam forum. Suci Puspita Ratih dan tim memaparkan kajian sistematis mengenai dampak lintas generasi perilaku merokok kakek terhadap perkembangan cucu melalui mekanisme environmental epigenetics. “Studi ini menunjukkan bahwa perilaku merokok di masa lalu, bahkan dari generasi kakek, dapat meninggalkan jejak biologis yang memengaruhi perkembangan cucu melalui jalur epigenetik lingkungan. Ini membuka ruang baru dalam memahami dampak jangka panjang tembakau,” jelas Suci.
Sementara itu, Risky Kusuma Hartono dan tim mempresentasikan dua hasil penelitian: pertama, melalui sesi oral, Risky memaparkan temuan dari analisis Global Youth Tobacco Survey (2006-2019) yang menunjukkan bahwa lebih dari 50% anak yang pernah mencoba berhenti merokok mengalami kekambuhan. Harga rokok murah, iklan rokok, penggunaan rokok elektronik, dan pengaruh teman sebaya menjadi faktor utama pemicunya. “Temuan ini menunjukkan bahwa kebijakan harga, pelarangan penjualan rokok batangan, dan pembatasan iklan sangat penting untuk mencegah kekambuhan merokok pada anak dan remaja,” ujar Risky. Dalam e-poster tersebut, Risky juga memetakan pertumbuhan penjual rokok konvensional dan elektronik di tiga kota besar Indonesia, yang menunjukkan peningkatan signifikan terutama di wilayah permukiman dan sekitar sekolah.
Partisipasi PKJS-UI pada WCTC 2025 memperkuat posisi Indonesia dalam diskursus global pengendalian tembakau, sekaligus menegaskan pentingnya kebijakan yang lebih progresif di tingkat nasional. Apalagi, pada tahun 2024 lalu, pemerintah tidak menaikkan tarif Cukai Hasil Tembakau (CHT), meskipun amanat Peraturan Pemerintah Nomor 28 Tahun 2024 mengharuskan adanya penyesuaian untuk mencapai target penurunan prevalensi perokok. Kini, setelah satu tahun berlalu sejak regulasi tersebut disahkan, perkembangan implementasinya pun masih minim. Pemerintah perlu menunjukkan konsistensinya, setidaknya dengan menaikkan tarif cukai sebagai langkah awal dalam menjalankan komitmen pengendalian tembakau.
PKJS-UI berkomitmen untuk terus mendorong advokasi berbasis bukti, mendorong reformasi cukai, memperkuat layanan berhenti merokok, dan memperjuangkan perlindungan kesehatan publik dari pengaruh industri tembakau.
***